Sosok Pak Yoyok Indrawanto, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 9 Malang
Di balik ketertiban yang terjaga rapi di lingkungan SMAN 9 Malang, ada satu nama yang bekerja konsisten tanpa banyak sorotan: Pak Yoyok Indrawanto, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan. Beliau telah mengabdi sejak tahun 2010, menjalankan berbagai peran penting yang semuanya bertujuan membentuk kedisiplinan dan karakter siswa.
Yang menarik, dunia pendidikan bukanlah pilihan pertama dalam hidupnya. Sebelum menjadi guru, Pak Yoyok sempat bekerja di berbagai perusahaan. Ia menyelesaikan studi di bidang Teknik Informatika, dan awalnya tidak pernah membayangkan akan berkecimpung di dunia sekolah. Namun, setelah lolos tes CPNS dan mengikuti arahan orang tua, ia memutuskan masuk ke dunia pendidikan, sebuah keputusan yang menjadi titik balik dalam hidupnya.
Awal masa tugasnya di SMAN 9 diisi dengan tanggung jawab sebagai staf tata tertib dan pembina Pramuka. Peran ini menumbuhkan karakter tegas dan disiplin dalam dirinya. Ia sempat juga menjadi staf kurikulum, hingga akhirnya dipercaya menjadi Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan sejak Juli dua tahun lalu.
Dalam perannya saat ini, Pak Yoyok tidak hanya menyusun aturan atau menangani pelanggaran siswa. Ia juga bertanggung jawab terhadap:
- Penyusunan dan pengawasan tata tertib sekolah
- Pendataan prestasi siswa
- Penyusunan laporan tahunan kesiswaan
- Perencanaan program jangka panjang (tiga tahun)
- Pendampingan langsung dalam penyelesaian masalah siswa
Pak Yoyok dikenal sebagai sosok yang serius namun bijak. Ia selalu berusaha memahami siswa sebelum mengambil keputusan. Baginya, setiap siswa memiliki latar belakang dan alasan di balik tindakannya.
“Saya percaya bahwa setiap anak punya cerita. Kita harus mendengar dulu sebelum menilai.”
Filosofi yang ia pegang sangat relevan dengan situasi pendidikan masa kini:
“Didiklah anakmu sesuai zamannya.”
Pak Yoyok yakin bahwa pendekatan kepada siswa harus terus menyesuaikan perkembangan zaman. Karena itu, ia memilih bersikap hangat dan terbuka, namun tetap menjaga batas serta wibawa. Pendekatan ini membuat banyak siswa merasa nyaman untuk terbuka, bahkan pada saat mereka sedang berada dalam masa sulit.
Salah satu kenangan yang paling berkesan bagi beliau adalah kedekatannya dengan kelas Informatika C, yang ia anggap seperti anak-anak sendiri. Momen itu mengingatkan bahwa hubungan antara guru dan siswa bisa terbentuk tidak hanya melalui kelas, tapi juga melalui perhatian dan kepercayaan.
Tentu saja, tantangan dalam bidang kesiswaan tidak sedikit. Salah satu yang paling sering beliau hadapi adalah kesenjangan antara tuntutan zaman dan kesiapan karakter siswa. Banyak siswa yang belum memahami betul perannya, baik di sekolah maupun dalam kehidupan sosial. Karena itu, Pak Yoyok selalu mendorong pentingnya kegiatan non-akademik sebagai ruang pembentukan karakter.
Di SMAN 9 saat ini terdapat 21 ekstrakurikuler aktif yang berada di bawah koordinasi OSIS. Menurutnya, kegiatan seperti inilah yang menjadi sarana bagi siswa untuk belajar bertanggung jawab, memimpin, dan bekerja sama.
Meski disibukkan dengan berbagai tugas sekolah, Pak Yoyok tetap menjaga keseimbangan hidup. Ia pernah aktif bermain basket, dan kini lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga serta merenung untuk menyusun langkah ke depan.
Ketika ditanya bagaimana ia memposisikan diri di lingkungan sekolah, jawabannya tetap rendah hati:
“Saya bagian dari keluarga besar SMAN 9. Saya tidak perlu menonjol, yang penting saya hadir saat dibutuhkan.”
Ia pun meninggalkan pesan yang sederhana namun penuh makna untuk siswa-siswinya:
“Guru boleh dilupakan, tapi sekolah jangan.”
Melalui pendekatan yang penuh tanggung jawab dan empati, Pak Yoyok tak hanya menjaga ketertiban sekolah. Ia juga membentuk ruang aman, di mana siswa bisa tumbuh, belajar, dan menemukan arah. Sosoknya menjadi jembatan antara aturan dan kasih sayang, dua hal yang sangat dibutuhkan oleh generasi muda hari ini.