Di pagi hari tepat pukul 08.34 Azkiya telah tiba di Stasiun Malang Kota Baru Pintu Timur. Ia datang dari Jakarta dan ke Malang dengan tujuan bertamasya. Tanpa pikir panjang Azkiya menuju pintu keluar, Dan langsung memesan ojek online. 3 menit kemudian, tibalah Azkiya di tempat wisata Kampung Tridi dan Kampung Warna -Warni. Hanya dalam hitungan detik setelah turun dari motor, ada seorang pria kira-kira berusia 25 tahun bertanya “ini mbak Azkiya bukan ya?” tanya pria itu. “eh, ooh iya pak benar saya Azkiya, bapaknya ini siapa ya?” tanpa pikir panjang dia balik bertanya dengan tampangnya yang bingung. “saya Garry mbak, yang akan mendampingi mbak Kiya di kampung ini,” jawab pria tadi. “oooh ya ampun mas maaf saya lupa maaf sekali lagi” ternyata sebelumnya Azkiya sudah memesan seorang pemandu wisata untuk liburannya di Kampung Warna Warni dan Kampung Tridi. “gak apa-apa mbak, Ya sudah gimana kalau kita langsung masuk saja,” saran pak Garry. Mereka memasuki pintu masuk Kampung Tridi. Beberapa langkah setelah masuk, mereka langsung disambut oleh penjual karcis Azkiya membeli 2 karcis totalnya 10.000 dan mendapatkan 2 gantungan kunci. “mbak Kiya tau nggak, kalau gantungan kunci itu hasil tangan warga disini?” pak Garry bertanya. “Hah?! Yang benar pak? Wahh kreatif sekali warga lokal disini,” jawab Azkiya dengan terkejut.
Mereka masuk melalui tangga turunan, lalu Azkiya dan pemandu disuguhi oleh rumah-rumah warga asli yang berwarna-warni. Azkiya dibuat takjub dengan rumah-rumah warga yang berwarna-warni, pak Garry tiba-tiba memotong ketakjuban Azkiya dengan menceritakan sejarah Kampung Warna Warni ini. “Kampung Jodipan ini termasuk kampung wisata pertama di Kota Malang mbak, dulu kampung ini biasa saja mbak mulailah di tahun 2016. Ada sekelompok mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang berinisiatif mengubah kampung yang awalnya kumuh menjadi kampung yang penuh warna. Itu juga kerja sama, sama produk cat, barulah di bulan September 2016 kampung ini diresmikan Wali Kota Malang H. Abah Anton gitu, mbak” ujar si pemandu. Azkiya serius mendengarkan cerita pak Garry. “Wahh Keren… Oh iya dengar-dengar kampung ini sampai jadi ikonnya Kota Malang ya, pak?” tanya Azkiya. “Yap, bener banget mbak, keren kan” jawab Pak Garry. Di tengah perjalanan ia teralih kan oleh lukisan-lukisan di dinding dan kerajinan tangan gantung yang menarik perhatian. Azkiya izin berhenti sejenak untuk berfoto dengan dinding yang bergambar motor dan berpemandangan alam serta spot foto lainnya. Ia juga meminta tolong untuk di foto kan pak Garry.
Mereka pun melanjutkan perjalanan kembali, pak Garry juga sempat menjelaskan jika di sebelah Jembatan Brantas juga terdapat kampung yang juga kampung mural, nama nya Kampung Arema. Kampung Warna Warni dekat dengan rel kereta api jadi, jika ada kereta lewat para pengunjung dan warga sekitar bisa melihat langsung kereta lewat. Apalagi jika dilihat dari atas jembatan, itu adalah pemandangan yang mekjubkan. “Karena kampung ini sudah menjadi tempat wisata, jadi warga sekitar memanfaatkan keadaan untuk berdagang di sekitar jadilah di sini banyak penjual dari makanan berat, makanan ringan, minuman, hingga mainan anak kecil jadi jangan heran kalau di sepanjang kampung tak jarang ada orang yang berjualan,” jelas pak Garry. “para warga memutuskan keputusan yang tepat” tegas Azkiya. Tiba di area sekitar sungai mereka melihat sebuah jembatan kaca yang unik dengan panjang 25 Meter dan tinggi 9,5 Meter. Lantai jembatan itu tidak seluruhnya terbuat dari kaca, kaca tersebut hanya di pasang di tengah-tengah lantai jembatan. Jembatan itu menghubungkan antara Kampung Warna-Warni dengan Kampung Tridi.
(sumber : www.tribuntravel.com)
Azkiya ingin mencoba menaiki jembatan tersebut, “pak, ternyata jembatannya lebih seram dari yang saya lihat di bawah.” Kakinya mulai bergetar. sebenarnya ia mengalami Acrophobia atau biasa disebut fobia ketinggian, namun dia nekat untuk mencobanya. Hingga mereka turun dari tangga dan sampai di Kampung Warna-Warni, Azkiya sampai lupa tidak mendokumentasikan dirinya di jembatan itu karena ketakutannya. Singkat cerita, jembatan kaca ini diresmikan di bulan Oktober 2017. Di Kampung Warna-Warni mereka juga perlu membayar 10.000 untuk tiket masuknya. Tidak beda jauh dengan Kampung Tridi, disini mereka mendapatkan 2 stiker. Mereka lanjut berkeliling di kampung tersebut. Sekali lagi Pak Garry menjelaskan fakta singkat tentang Kampung Warna Warni ini. “mbak Kiya tahu film Yowis Ben?” tanya pak Garry. Tanpa berpikir Azkiya langsung paham apa yang dimaksud pak Garry “Ooh saya tahu pak, kalau tidak salah mereka shooting film itu salah satunya di kampung ini benar tidak pak?” jawab beserta tanya Azkiya. “yap, kamu benar sekali film Yowis Ben sering memunculkan scene di mana mereka sedang berada di kampung ini dan kalau kita lihat tadi ada lukisan tokoh utama pemain Yowis Ben kan? Nah ada lagi, di sini ada yang jual nasi pecel ibunya Bayu. Eeh tapi gak ada ibunya apalagi Bayunya hehe bercanda, jadi hanya penjual warga biasa,” pak Garry menjelaskan seraya memberikan candaan . “bapak benar, saya juga tidak sepenuhnya asing dengan kampung ini, waahh beneran ada yang jual pecelnya juga ternyata di sini ya,” jawab Azkiya. Azkiya dan Pak Garry berencana istirahat sejenak dan pesan makanan, lalu mereka bertemu warga yang kebetulan salah satu nya ketua RW di Kampung Warna-Warni. Pak Parin selaku ketua RW bercerita tentang Kampung Warna-Warni dan sempat menjelaskan jika kampung ini bakal lebih bagus jika ditambahkan area bermain. Salah satu warga juga memberi tahu jika 2 kampung itu masih berusaha mengumpulkan saran-saran. Setelah berbincang-bincang dan menyelesaikan makan mereka segera meninggalkan para warga dan lanjut jalan lagi. Di jalan Azkiya pun berpikir, jika yang dikatakan Pak Parin itu benar. Karena, melihat suasana jika di kampung ini banyak anak-anak yang pasti membutuhkan tempat bermain. Tidak hanya untuk warga lokal saja, wisatawan yang membawa anak pun bisa memakai fasilitas tersebut.
Tidak lama setelah itu Azkiya melihat ada seorang wanita remaja yang sepertinya juga pengunjung sedang membuang sampah botol plastik yang sudah habis diminum. Azkiya tidak tahan dengan perilakunya, sedangkan para warga telah berusaha untuk membuat kampung ini bersih dari sampah apapun. “permisi.., mbak” Azkiya mendatangi wanita tersebut. “Maaf jika saya menganggu, tapi tadi saya melihat kakaknya membuang botol plastik di jalanan,” Azkiya memulai dengan perlahan dan tetap ramah. “oooh iya maaf soalnya saya malas jika membuang ke tempatnya karena jauh,” sahut wanita tersebut. “Maaf kak, tapi di belakang kakak nya ada tempat sampah loh” “oooh ya ampun, saya gak lihat tetrimakasih banyak mbak sudah memberi tahu saya, maaf sekali jadi merepotkan seperti ini,” balas wanita itu dengan rasa malu. “tidak apa-apa senang bisa membantu,” jawab Azkiya dengan senang hati. Azkiya meninggalkan wanita itu dan melanjutkan penjelajahan, dan ber swafoto di sana. Setelah mereka selesai mengelilingi kampung mereka kembali ke tempat mereka masuk tadi, dan mengakhiri perjalanan liburan hari ini di Kampung Warna-Warni lalu Azkiya pun beristirahat di sebuah penginapan. Di penginapan Azkiya flashback mengingat-ingat keseruan di 2 kampung tadi. Kiya masih merasa ingin tahu tentang ke-2 kampung tersebut sehingga ia smencari informasi tentang kedua kampung tersebut. Betapa terkejutnya Kiya, Dia menemukan informasi jika 2 kampung tersebut telah meraih banyak penghargaan dan kejuaraan. 2 kampung tersebut cukup direkomendasikan untuk di datangi wisatawan. Perjalanan hari ini seru sekali, padahal masih hari pertama di Kota Malang. Besok kemana lagi ya…
Tentang Penulis
Hai ^^ aku Syafira Dwi Afifah panggil saja Fira. Aku lahir di kota pendidikan yaitu Kota Malang pada 26 Mei 2008. Aku pelajar lulusan SDN Mojolangu 2 Malang, SMP Negeri 26 Malang sedang menempuh pendidikan di SMA Negeri 9 Malang. Jika ditanya tentang mapel kesukaan sih of course Bahasa Indonesia yaa. Dance adalah hobiku, dancer adalah cita² ku saat ini di tahun 2024. Sebenarnya akhir-akhir ini aku ingin menjadi seorang traveler, karena jalan-jalan adalah hal yang kusukai juga. Melihat kata traveler saja sudah membuat ku merasa bahwa itu hal yang seru. Jika kalian ingin tahu, impian kecil ku yaitu ke Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Mungkin saja jika saya kesana, genre buku pertama yang ku cari adalah horor haha. Akhir-akhir ini memang aku tertarik dengan dunia penulisan, dan paling favorit sih menulis cerpen. Sebenarnya ini pengalaman pertama ku menulis artikel. Yahh mungkin inilah sekilas tentang ku, jika ingin kenal lebih dekat jangan lupa follow akun Instagram @lysyafiraxfa yaa 😉